Febriansa: Tebar Semangat Juang Untuk Batu Begalang

Oktober 13, 2025 Add Comment

Febriansa: Tebar Semangat Juang Untuk Batu Begalang

Memiliki jiwa yang tak mau mengalah oleh segala keterbatasan. Nyatanya dengan keyakinan penuh dan rasa percaya diri, selalu berusaha dan berdoa, hambatan dan rintangan yang menghadang ditepisnya. Bahkan akhirnya sosok yang bernama Febriansa dan kelompoknya didapuk sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Award Tingkat Provinsi Bangka Belitung 2024 pada kategori lingkungan.

Sebelumnya tahun 2023, alumni teknik sipil dari perguruan tinggi di Jogjakarta juga menyabet penghargaan terbaik II nasional dalam lomba Wana Lestari 2023. Menteri LHK saat itu Siti Nurbaya secara langsung menyerahkan penghargaan kategori Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) kepada Febriansa.


Siapa Febriansa? Simak yuk artikel ini...

Berangkat dari Nongkrong Lahir Ide Brilian 

Usai kuliahnya rampung, Febriansa asal Belitung Timur memutuskan untuk pulang kampung. Tak dinyana rumahnya menjadi ajang ngumpul pemuda dan warga desa Kelubi, Kecamatan Manggar. Dari sekedar ngobrol ringan, terbersit untuk menjadikan area Bukit Pemantau sebagai lokasi wisata alam.

Memang di tempat tinggal Febriansa ada hutan yang harus dijaga kelestariannya. Di hutan itu ada sebuah bukit yang bernama Bukit Pemantauan yang dikenal warga sekitar sebagai tempat yang indah dan  memiliki ciri bebatuan yang khas.

Lalu disepakati bersama untuk mengelola  bukit tersebut sebagai destinasi wisata alam. Mulailah mereka membersihkan area sekitarnya, menyiapkan lahan parkir juga segala sesuatu untuk menyambut pengunjung.


Namun seiring berjalannya waktu, Febriansa mulai gelisah. Kenapa? Karena dirinya dan pemuda setempat belum memiliki ijin pengelolaan hutan sebagai destinasi wisata alam tanpa legalitas.

Akhirnya berbekal informasi yang diperoleh, mereka mengenal Program Kehutanan Sosial (HKM) melalui penyuluh kehutanan. Febriansa pun segera mengajukan kelompoknya untuk dapat legalitas dari pihak terkait. Agak memakan waktu lama ternyata untuk mendapatkan kabar baik tentang itu.

Pada Mei tahun 2017 SK pengelolaan HKM untuk Pokdarwis yang diketuai Febriansa akhirnya terbit. Tim dari kementrian langsung turun ke lapangan. Febriansa merasa lega setelah sekian lama pengajuan pengelolaan hutan tanpa kabar, kini membawa angin segar.

Semangat Mengelola Wisata Sempat Mengendur

Tak mudah memang untuk memupuk semangat juang dalam mengelola hutan dan bukit untuk wisata alam. Terbukti menurut Febriansa, dari 90 orang yang dulu bergabung dalam Pokdarwis susut menjadi sekitar 20 orang saja.

Itu karena kerasnya perjuangan mengelola tempat wisata tidak sebanding antara hasil dan tenaga yang keluar. Namun dari 20 orang tersisa masih ada kobaran asa yang membuat Febriansa dkk masih bertahan dan terus saling menyemangati.

Febri mengakui akses menuju lokasi Bukit Pemantauan tidaklah mudah dijangkau kendaraan. Karena itu dirinya dan tim mencari alternatif lain yang mungkin bisa ditemukan. Berkas kerja keras tanpa kenal kata menyerah, mereka berhasil menemukan Batu Begalang yang eksotis. 

Batu Begalang Jadi Harapan

Batu Begalang merupakan kawasan yang memiliki bebatuan besar dan luas. Dulu menurut warga sekitar, sebagai tempat berburu rusa dan kijang. Seakan Batu Begalang menjadi oase yang menyejukkan Febri dkk.

Dengan sedikit nekad dan berbekal keyakinan Batu Begalang dilaunching secara resmi pada tahun 2021.


"Belum layak sih untuk akses jalan. Tapi itu bentuk protes agar dapat perhatian dari pemerintah daerah," kata Febri.

Imbas dari resminya dibuka tempat wisata alam Batu Begalang membuat jumlah pengunjung naik drastis di akhir pekan. Itu adalah hasil perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan. 

Bersama pemuda yang masih intens berjuang, Febri mendirikan Keppak (Komunitas Pemuda Pencinta Alam Kelubi). Aktivitas mereka tidak hanya seputar mengelola wisata alam saja, tapi berkembang ke aktivitas yang bermanfaat untuk warga desa.

Aktivitas tersebut antara lain budidaya madu, trigona, produksi tepung singkong hingga membantu menjual hasil kerajinan anyaman warga.

Penutup

Kini perjuangan Febriansa dkk berbuah penghargaan seperti yang diurai di awal artikel ini. Menurutnya, menjaga hutan tidak hanya terpaku pada pohon dan tanah saja. Tapi lebih dari itu yakni sebagai nafas kehidupan agar alam tetap asri dan nyaman.

"Alam harus dijaga dan layak diperjuangkan. Agar kelak anak cucu kita bisa menikmati alam yang menjadi pewaris mendatang," ucap Febriansa yang selalu tebar semangat juang untuk Batu Begalang.


#APA2025-ODOP

#APA2025-PLM

#APA2025-BLOGSPEDIA