Pantai Ngantep, Pantai Pilihan Buat Ngecamp

Pantai Ngantep, Pantai Pilihan Buat Ngecamp

Januari 31, 2019 27 Comments

Pernahkah terlintas menikmati suasana pantai sambil ngecamp?  Nah di Malang, tepatnya di sekitar Jalur Lintas Selatan banyak berjejer pantai. Salah satu pantai yang recommended buat ngecamp adalah Pantai Ngantep.



Kalau ingin ke pantai Ngantep dari Kota Malang menuju arah selatan kota. Melewati jalur Bululawang - Gondanglegi - Bantur dengan jarak tempuh sekitar 72 km. Bila mengendarai roda 2 membutuhkan waktu sekitar 2 jam, sedangkan roda 4 kurang lebih 3 jam.
Untuk menuju Pantai Ngantep menempuh Jalur Lintas Selatan sekutar 20 menit. Jalannya mulus dan view disisi kanan kiri sangat menakjubkan. Hijau pepohonan dipadu dengan beberapa dataran tinggi disepanjang jalan. Disisi kanan jalan disambut pintu gapura tertulis "Selamat Datang di Pantai Ngantep".
Pantai Ngantep (dok.pribadi)
Dari gapura kita harus menempuh jarak sekitar 4 km dengan jalan yang menantang alias kurang mulus. Baru sekitar 200 meter sebelum masuk area pantai, jalan berupa paving block bisa kita lewati. HTM Pantai Ngantep 10 ribu, parkir roda 2 10rb dan 15 ribu untuk kendaraan roda 4.
Enam Fakta Pantai Nganteb 
Pantai Ngantep yang masuk wilayah Sukorejo, Tumpakrejo Kec Gedangan ini memiliki kelebihan yang menjadi daya tarik pengunjung. Apa saja fakta yang membetot perhatian wisatawan? Simak yaa...
1. Pantainya Landai
Pantai Ngantep memiliki area wisata yang cukup luas. Tempatnya yang landai menunjang pengunjung untuk bersantai sambil memandang laut lepas.
Pantainya landai (dok.pribadi)
Jarak antara bibir pantai dengan area pengunjung untuk duduk-duduk lumayan jauh sekitar 50 meter. Jadi cukup aman untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan pantainya.
2. Cocok untuk Ngecamp
Bagi pebgunjung yang suka menikmati suasana pantai di malam hari, bisa mendirikan tenda di lahan landai.
Area buat ngecamp (dok.pribadi)
Bila malam terdengar suara ombak pantai yang bergulung. Suaranya lumayan bergemuruh, padahal jaraknya lumayan jauh.
Saat langit tak mendung dan cuaca cerah, pengunjung yang ngecamp bisa menikmati langit yang berbintang. Wahh amazing banget. Sementara semilir angin pantai dan musik ombak berkejaran pun melengkapi suasana.
3. Pantai Berpasir Lembut
Pantai Ngantep memiliki pasir yang lembut dan berwarna agak terang. Saat kaki menapak terasa lembut dan cezzz. Kaki kita akan tenggelam dalam pasir. Konon itu menandakan kalau pantai ini masih alami dan belum begitu banysk dikunjungi wisatawan.
Terbukti Minggu pagi itu hanya beberapa orang yang datang berkunjung plus pengunjung yang ngecamp. Menurut petugas pantai, memang di hari Minggu Pantai Ngantep tidak selalu ramai. Namun kalau Minggu tanggal muda, pengunjung pantai lebih banyak dari biasanya.
Pasirnya lembut (dok.pribadi(
Hamparan pasir sepanjang 1 km berkilau saat diterpa sinar matahari pagi. Bila sepi pengunjung, Pantai Ngantep serasa milik pribadi....
4. Pantai Bertebing Tinggi
Disisi kanan pantai, penglihatan kita dibatasi oleh tebing tinggi yang menarik. Orang yang melihat fotonya tak menyangka kalau pantai ini ada di Malang. Hampir mirip-mirip dengan pantai di Bali karena viewnya yang cantik.
Tebing di Pantai Ngantep (dok.pribadi)
Tebing batu karang itu bagian bawahnya tergerus air. Tampak natural membentuk guratan-guratan seperti batu karang raksasa yang tinggi dan besar. Buat bernarsis ria ber-background tebing ini sangat apik view-nya
5. Ombaknya Besar
Bagi pengunjung dilarang untuk mandi di pantai ini karena ombaknya yang lumayan besar. Namun untuk berbasah-basah bisa bermain di bibir pantai.
Ombak Pantai Ngantep (dok.pribadi)
Untuk yang suka surfing sangat cocok dengan ombak pantai Ngantep yang besar. Selain itu juga bergelombang tinggi dengan buih yang putih. Menurut penjaga pantai, beberapa wisman dari AS, Inggris dan Auatralia pernah surfing di Pantai Ngantep.
 6. Ada Petilasan 
Tak jauh dari pos pantau pantai dan beberapa kios, ada tempat berundag dengan hiasan punakawan. Menurut penjaga pantai, tempat tersebut adalah petilasan dari sesepuh kampung wilayah pantai Ngantep.
Menuju petilasan (dok.pribadi)
Menaiki beberapa anak tangga tampak bangunan yang mirip pendopo. Warna merah yang mendominasi bangunan tersebut. Tak ada pengunjung pantai yang menyambangi tempat ini sehingga tampak sepi. Orang biasa menyebutnya panembahan Pantai Ngantep.
Panembahan Pantai Ngantep (dok.pribadi)
Bila berjalan ke sekitar bangunan sampai ke ujung, ternyata bertitik pada puncak tebing batu karang. Disana ditumbuhi banyak pepohonan dan terlihat sunyi. Sehingga terasa aura yang membuat merinding bulu kuduk. Tebing ini oleh penduduk sekitar biasa disebut Gunung Batok. Meski dinamakan gunung, tapi tingginya tidak lebih dari 100 meter.
Demikian enam fakta yang ada di Pantai Ngantep. Selain pantainya bersih dan masih alami, juga memesona. Nah, kapan nih kalian berkunjung ke pantai yang keren ini?


#ODOP
#EstrilookCommunity
#day 13

Menjadi Narablog Sebagai Cara Menebus Rasa Bersalah

Januari 25, 2019 73 Comments
Dunia menulis sebenarnya jauh hari sudah menjadi bagian hidup saya. Bisa dibilang tiada hari tanpa menulis. Maklum saja sebagai mahasiswa program jurnalistik, saya memang aktif berkegiatan di penerbitan kampus dimana saya menempuh studi. Hingga waktu bagi saya adalah identik dengan menulis dan meliput acara, baik acara mahasiswa ataupun acara rektorat.

Biasanya usai jam kuliah, saya menuju ke suatu ruangan yang menjadi bagian dari gedung rektorat. Berkumpul dengan mahasiswa fakultas lain yang mempunyai kesamaan minat di bidang menulis. Berbincang tentang isu apa yang tengah hangat untuk dijadikan liputan khusus. Jaman itu belum ada istilah viral seperti jaman now. Saya memang produk jaman old, mahasiswa yang eksis menulis di tahun 90-an.

Saya merasa beruntung kuliah di perguruan tinggi negeri yang notabene memperhatikan fasilitas dan minat mahasiswanya. Sebagai mahasiswa perantau, saya terus terang merasa terbantu oleh pihak kampus. Kegiatan menulis dan aktif mengelola penerbitan milik humas kampus ini didanai oleh rektorat. Jadi secara tidak langsung, fee atau honor menulis serta " gaji" bulanan saya peroleh juga. Alhamdulillah, bisa untuk bertahan hidup di tanah rantau. Hehe...
PK Identitas Unhas (dok. Identitas UH)

Tidak itu saja, biasanya banyak acara yang digelar oleh fakultas seperti seminar atau kajian ilmu. Saat meliput itulah saya seakan mendapat angin surga. Kok bisa? Ya jelas karena saat peliputan berbagai fasilitas saya dapatkan. Diantaranya dapat ilmu, dikenal rektor dan pejabat rektorat seperti PR 1,2 atau 3 serta dekan semua fakultas juga banyak teman.

Untuk menambah uang saku saya sering menulis di media lokal. Beberapa kali juga dimuat di media nasional saat itu. Kemudian selesai KKN, saya diperbantukan di humas kantor gubernur untuk mengelola koran mingguan. Bersyukur sekali jauh dari orang tua dengan kiriman uang pas-pasan, saya bisa menghasilan uang dari menulis.
Kliping tulisan  (dok.pri)

Itu cerita masa lalu saya sebagai mahasiswa program jurnalistik. Oya kala itu, setiap ujian saya selalu dapat dispensasi karena seringnya ikut liputan ke luar daerah. Dosen sangat memahami posisi saya dan baik hati semua. Pokoknya beruntunglah dan bersyukur bisa aktif di media meski skala kecil. Lantas apakah ilmu jurnalistik dan pengalaman meliput menjadikan saya seorang pewarta setelah diwisuda?

Usai Wisuda Balik ke Kampung, Menjauhkan Saya Dari Dunia Menulis

Sebenarnya saat wisuda saya masih bekerja di media kantor pemerintah. Namun atas desakan orang tua -- sebagai anak perempuan -- ketika orang tua meminta saya untuk pulang ke kota asal, saya tak bisa menolak. Menurut ortu boleh kerja dimanapun, asal di Jawa. Dengan berat hati, saya menyetujui permintaan beliau. Sebenarnya sih  sayang banget meninggalkan kota tempat saya kuliah, karena banyak peluang untuk bekerja yang sesuai dengan minat dan disiplin ilmu saya.

Pulang ke kota sendiri adalah pilihan yang tepat untuk menghindari konflik dengan ortu. Akhirnya  selang sebulan,  saya diterima  bekerja di sebuah perusahaan Jepang yang berkantor disekitar Jalan Thamrin Jakarta. Begitu sibuk dengan pekerjaan, pagi pergi pulang malam membuat saya tak sempat untuk menulis. Dan benarlah, waktu saya habis untuk mengukur jalanan di Jakarta. Saya sadar sudah menjadi bagian kemacetan Jakarta saat itu. Duh..

Waktu terus berjalan. Pelan namun pasti, keinginan saya terkikis dan "melupakan" dunia menulis. Sampai pada suatu saat terjadi peristiwa dahsyat di negeri ini. Demonstrasi besar-besaran menuntut tumbangnya orde baru dengan mengusung isu reformasi. Dimana-mana terjadi kekacauan dan suasana tidak kondusif. Kembali karena rasa sayang, orang tua meminta saya untuk pulang ke kota asal. Alasannya karena ibukota saat itu genting. Saya adalah salah satu saksi yang benar-benar melihat bagaimana Jakarta waktu itu membara.

Saya pun mengurus surat resign dan segera pulang ke rumah. Ibu dan ayah bahagia dan memohon saya untuk tidak bekerja jauh dari mereka. Ya sudah sebagai anak yang patuh, saya pun mengikuti keinginan orang yang saya sayangi. Saat itu usia saya menginjak 28 tahun dan masih jomblo! Sedikit flashback, jaman kuliah dulu saya tak punya waktu untuk berpacaran. Habis waktu untuk meliput dan mengejar deadline. Jadi wajar juga saat umur diambang kepala tiga, saya belum menikah.

Dan saya yakin rejeki itu sudah diatur sama Allah. Berada di rumah empat bulan, ternyata saya malah menemukan tambatan hati. Benar-benar kuasa Illahi tak dapat ditolak. Tentu saja saya bahagia. Malah setelah menikah saya bekerja di perusahaan Amerika. Di perusahaan ini karierku lumayan meningkat hingga dapat reward dari perusahaan. Alhamdulillah.

Sayangnya tiga tahun kemudian perusahaan itu ditutup karena ada suatu kebijakan pemerintah. Saya sebagai karyawan hanya bisa menerima kenyataan bahwa kantor tak beroperasi. Dan  lagi-lagi rejeki menghampiri. Ada keyakinan ini mungkin berkat doa kedua orang tua yang menginginkan saya bekerja dan hidup tak jauh dari mereka. Hingga rejeki selalu mengalir untuk kami.
Reward ke Thailand  (dok.pri)

Bersyukur sekali saya dipercaya kantor pusat untuk menjadi Dealer Utama sebuah produk fashion dengan beberapa kota sebagai area kerja. Begitu serius saya mengerjakan tugas yang diemban, hingga omset menjulang dan target penjualanpun terpenuhi. Reward bertubi-tubi berupa jalan-jalan ke dalam negeri sampai luar negeripun saya terima. Alhasil, dunia menulispun semakin tak terjangkau lagi. Dikepala hanya ada target, target dan target. Kerja seperti tak kenal waktu hingga betu-betul melupakan duniaku ketika kuliah dulu.

Dua Belas Tahun Kemudian...

Perkembangan dunia teknologi yang masuk ke Indonesia beberapa tahun belakangan ini sangat pesat. Terutama di bidang teknologi informasi yang merambah hingga ke masyarakat luas. Seperti contoh adanya handphone yang ketika di akhir tahun 90-an masih merupakan barang mahal, sekarang bukan lagi milik orang-orang kaya. Semua kalangan memiliki bahkan hingga dua sampai tiga handphone.

Saat keluar smartphone android yang menggunakan sistem operasi berbasis linux sebagai telepon pintar, masyarakatpun berbondong-bondong untuk memiliki. Begitu juga mitra kerja saya yang berjumlah hampir 2000 orang. Dunia seakan ada digenggaman termasuk dunia bisnis dengan sekali sentuh pada layar smartphone. Info apapun berbasis internet bisa diakses oleh orang yang sebelumnya tak paham dengan prosedur bisnis.

Akhirnya muncul bisnis online dengan akses menembus langsung ke suplier itu berdampak besar pada tempat saya bekerja. Omset turun drastis. Tak bisa dicegah lagi, agen saya satu per satu berpaling. Jadilah awal tahun lalu saya resign dari perusahaan yang selama 12 tahun memberi warna dalam hidup saya dan keluarga.

Menjadi Blogger, Membayar Rasa Bersalah

Beberapa waktu setelah resign, saya mulai menata hati dengan merenung. Segala pencapaian dan usaha keras sekian tahun seperti tak ada artinya. Semua seperti tergulung oleh waktu dan tentu saja menyisa rasa sedih. Tapi bukan saya namanya kalau tak lama bersemangat lagi. Mengisi kembali hari-hari dengan banyak membaca menumbuhkan keinginan untuk menulis lagi. Senang rasanya masih ada asa untuk menggali minat lama.

Ya Allah mungkin ini jawaban yang Kau beri atas segala doa yang saya panjatkan. Sejak itu saya rajin browsing mencari teman yang seminat. Alhamdulillah jalan itu ditunjukkan oleh Allah melalui teman-teman yang mengajak untuk aktif menulis lagi. Tapi di awal menulis setelah 20 tahun tak menjamahnya, sangat berat dan sulit. Jangankan menulis artikel, memulai dari mana saja seperti tak berujung. Berkat bantuan teman-teman di Kota Malang, menulis adalah bukan hal yang mustahil.

Beberapa tips saya menggali diri kembali untuk menulis :

1. Banyak Membaca

Dengan membaca memancing munculnya kosa kata untuk memperkaya kalimat. Bacaan apapun selagi isinya bermanfaat akan saya lalap habis. Sehingga otak yang tadinya terisi target, target dan target berubah menjadi kalimat-kalimat yang informatif.
Membaca Buku (dok.pri)

2. Belajar Menulis (Lagi)

Mengikuti beberapa training penulisan online yang banyak ditawarkan di grup-grup FB atau WA. Dengan begitu menggugah semangat untuk lebih optimis dalam belajar. Ini penting mengingat selama dua puluh tahun saya "melupakan" dunia menulis.

3. Berkomunitas

Menjalin hubungan dengan sesama penulis dalam suatu wadah untuk membangkitkan rasa percaya diri pastinya butuh partner kan? Nah di komunitas tersebut saya mendapat banyak info dan ilmu terkait apapun tentang dunia menulis dari teman-teman penulis.
Bersama blogger (dok.pri)

4. Jadi Blogger

Kalau jaman old orang yang suka menulis ya disebut penulis . Seiring berkembangnya jaman, penulis sekarang banyak yang menuangkan idenya di sebuah blog. Sehingga penulis sekarang identik dengan sebutan blogger.

Sejak Maret 2018 saya bergabung di beberapa komunitas seperti Bolang (Blogger Kompasiana Malang), Emak Blogger, BloggerCrony, Blogger Perempuan Network juga Juragan Artikel, baik grup online atau grup Whastapp. Alhamdulillah bersama teman-teman semangat menulis saya jadi menggebu-gebu.

Dengan pede (percaya diri)  saya tak sungkan untuk memperkenalkan diri sebagai blogger atau biasa juga disebut sebagai narablog. Di tahun yang sama tepatnya dibulan Agustus, saya betul-betul aktif menulis di blog pribadi yang berbayar. Sebenarnya bulan Maret, tapi baru betul-betul menjadi ajang nulis saya di Agustus.


Pencapaian Tahun 2018 dan Resolusi Tahun 2019

Semangat bila terlahir dari dalam diri, ditambah dari faktor ekstern (sesama blogger) memang dahsyat hasilnya. Begitupun semangat saya jadi luar biasa dan cetar. Terus terang saya bangga, terlepas dari rasa sombong ya. Tepat akhir tahun 2018 mengecek pencapaian dalam membuat tulisan, ya Allah saya menganga sendiri. Ada 110 artikel yang kutulis dari Maret hingga Desember 2018. Sebanyak 74 artikel ada di kompasiana dan 36 ada di blog pribadi.
Akun Kompasiana saya (dok.pri)

Saya mengira tulisan sebanyak itu adalah hasil dari rasa bersalah saya selama 20 tahun meninggalkan dunia menulis. Halooo...20 tahun saya ngapain aja? Rasanya saya ingin menangis dan terharu pada diri sendiri. Rasa bersalah saya kubayar tuntas lewat tulisan dan predikat baru saya sebagai BLOGGER. Saya bahagia. Plong hati saya.

Rasa syukur tidak berhenti di pencapaian 2018. Pada tahun ini harapan atau resolusi saya ingin lebih konsisten menulis seperti blogger lainnya. Berjuang dalam memberi informasi di blog serta menyandarkan harapan pada tulisan-tulisan saya agar lebih bernas. Jangan lelah belajar adalah kata yang tepat untuk saya, seorang blogger pemula.


Artikel ini diikutkan untuk Kompetisi Blog Nodi


  




Buryam Abah Odil : Berkembang Dengan Berbagi Rasa

Januari 24, 2019 20 Comments
Suatu siang hp saya berdering. Terdengar logat Sunda yang kental dari seberang.
"Assalamualaikum, Mba lagi di Tasikmalaya ya? Mampir dong ke Garut, kangen nih," tanyanya.
Kujawab,"Waalaikumsalam, nggak tuh.. Mba stay di Malang. Gimana kabar teh?"
Karena posisi saya di keramaian, sehingga percakapan kami gak berlangsung lama. Intinya seorang sahabat melihat foto saya di FB, tengah berada di Bubur Ayam Tasikmalaya Istimewa. 
Buryam Abah Odil  (dok.pri)

Baru ngeh ternyata itu yang membuatnya mendadak ngebel. Hehe.. salah kira tuh sahabatku. Saya memang beberapa hari lalu bersama teman-teman blogger Malang menyambangi Bubur Ayam Abah Odil. Outlet Bubur Ayam yang terkenal itu berlokasi di Jalan Soekarno Hatta no 48 di Ruko Griya Santha Executive Malang. Ownernya bernama Abah Odil memang berasal dari Tasikmalaya. Nah ketemu kan kenapa sahabat mengira saya ada di Tasik?
                                                                                                                                                           Bubur Ayam Tasikmalaya Istimewa Abah Odil

Saat kami memenuhi undangan Abah Odil sore itu yang menemui  dua orang menantunya yang bernama Pak Khusnul Yaqin dan Pak Amir Rosah. Mereka berdua adalah suami dari putri pertama dan putri kedua Abah Odil. Suasana silaturahim terpancar dari keramahan keluarga tersebut. Sebagai menantu tertua, Khusnul Yakin mewakili Owner yang tengah takziah.
Dua menantu Abah Odil  (dok.pri)

Menurut Khusnul, usaha Bubur Ayam Abah Odil memiliki 8 cabang dengan 50 karyawan. Cabang tersebut tersebar di Kota Malang antara lain di Candi Panggung, Mutiara Residence, Suhat,  ITN, Sawojajar, Arhanud, Karang Ploso dan Jetis Dau.

Buryam Abah Odil mulai buka tahun 2004 berawal jualan dengan gerobak. Meskipun sebelumnya sudah jatuh bangun dalam berbisnis hingga 21 kali, tapi beliau tetap semangat dan optimis. Kini dari semua cabangnya bisa mencapai omset 1,7 Milyar di tahun 2018. Sedangkan bila ditambah omset menu tambahan mencapai omset total 2,8 M. Wooww luar biasa yaa...

Tentu saja untuk mencapai omset penjualan tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Khusnul mengatakan Abah Odil harus bekerja keras bagaimana agar bisnis Bubur Ayamnya berkembang dan maju.

"Masa Lalu" Abah Odil

Tahun 1994 Abah Odil pertama kali menginjakkan kaki di Malang. Sebelumnya adalah seorang karyawan yang menjabat sebagai Kepala Produksi di pabrik tekstik di Pasuruan selama 25 tahun. Namun pada tahun 1997 beliau resign dan memutuskan untuk berwiraswasta serta mendalami agama. Usaha bisnisnya mulai dari berjualan baju, snack atau makanan kecil hingga retail. Namun bisnisnya belum menemukan jalan sukses. Abah Odil yang bernama asli Abah Ate Rushendi ini tak patah semangat. Beliau percaya sekali dengan tawakal, Allah akan memberi jalan keluar. "Allah pasti akan memberi rejeki pada umatnya yang mau berusaha," kata Khusnul menirukan keyakinan ayah mertuanya.

Pada tahun 2002 Abah Odil merasa terpanggil kembali untuk berkerja di pertekstilan lagi. Namun Abah Odil yang pernah menempuh pendidikan D3 program studi Kimia Tekstil Akademi Tekstil Berdikari di Bandung ini tak bertahan lama. Kembali resign dan akhirnya mencari peluang di Tasikmalaya, pulang ke rumah orang tuanya. Selama di rumah orang  tuanya Abah Odil diberi masukan untuk menjual bubur saja. Dengan asumsi di Malang belum ada penjual bubur ayam Tasikmalaya.

Akhirnya suami Lisetyowati asal Madiun ini memutuskan menerima anjuran orang tuanya untuk berjualan bubur ayam di Malang. Dirinya ingin mengenalkan pada masyarakat Malang bahwa bubur bukan makanan orang sakit saja. Tapi bubur bisa menjadi menu pilihan untuk sarapan seperti di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hingga Abah Odil ingin memasyarakatkan budaya sarapan bubur di Malang.
Abah Odil bersama 2 menantunya  (dok.pri)


Pada bulan Maret 2004 pertama kali Abah Odil berjualan bubur ayam dengan gerobak. Hari pertama menurut pengakuan Abah Odil sempat ada "rasa malu". Berkecamuk antara jadi nggak jadi nggak jualan dengan cara mendorong gerobak. Secara sebelumnya beliau bekerja sebagai karyawan yang mempunyai jabatan.

Hari pertama berjualan sangat menyiksa dirinya. Saat itu berjualan di depan masjid Ramadhan di Jalan Candi Panggung. Kemudian ada seorang lelaki bernama Budi yang mau membantu mendorong gerobaknya. Dirinya juga menerima masukan seorang warga, agar berjualan di tempat yang ramai. Nah dipilihlah tempat emperan toko dengan berbekal spanduk untuk promo. Hari pertama hanya mendapatkan penjualan 14 ribu saja! Sementara harga per mangkok saat itu 4000 rupiah. Semakin hari omset naik dan berkembang hingga 4 juta/bulan. Menginjak tahun kedua Abah Odil mampu menyewa sebuah tempat untuk warung Bubur Ayamnya.

Motto Bubur Ayam Abah Odil 

Silaturahim sore itu semakin lengkap saat Abah Odil hadir ditengah kami para blogger. Nama Abah Odil sendiri sebenanya mengambil nama dari salah satu putranya yang keempat, Abillah. Dengan logat Sunda disebut menjadi Odil agar mudah diingat dan unik. Jadilah nama Bubur Ayam Abah Odil. Ya kan namanya kemudian jadi terkenal sebagai salah satu kuliner jujugan warga Malang.
Foto verdant (dok.pri)

Sesuai motto-nya rasa bicara sejak suapan pertama, Buryam Abah Odil selalu mengedepankan taste nya. Salah satu rahasianya menurut Abah Odil adalah cara memasak bubur dengan air kaldu bukan air biasa. Sehingga bubur ayamnya terasa gurih dan nikmat. Buburnya halus karena dimasak dengan mesin agar matang sempurna. Sedangkan topimgnya memakai daging ayam bagian dada disuwir halus, hati ayam serta cakue yang diproduksi sendiri. Agar lebih sedap dicampur juga irisan daun bawang. Untuk tekstur rasa merupakan hasil perpaduan antara lidah orang Malang dan Tasikmalaya.
Buryam Abah Odil  (dok.pri)

Untuk harga menu Bubur Ayam tergantung dari paket yang dipilih. Tersedia beberapa paket dengan harga yang sangat terjangkau untuk semua kalangan. misalnya paket 1 dibandrol harga mulai 11rb hingga 17rb, paket 2 harga mulai 13rb hingga 20rb, paket 3 harga mulai 17rb - 22rb serta paket bubur sayur harga 11rb-17rb.

Buryam Abah Odil istimewa lho karena memperhatikan juga kandungan gizinya dan pernah diteliti oleh Universitas Brawijaya Malang. Juga sering mengikuti seminar-seminar, sehingga Abah Odil semakin banyak mendapatkan wawasan dan ilmu tentang bagaimana cara mengembangkan bisnis. Bukan itu saja ketentuan dan syarat berjualan makanan atau kuliner pun diperhatikan seperti produk yang higienis. Tentu saja produk bubur ayamnya sudah pernah ditest oleh Dinas Kesehatan Kota Malang. Berkat kegigihan dalam mengembangkan usaha kulinernya, pada Mei 2015 Abah Odil menerima anugrah Executive & Entreprneur Of The Years 2015 di Hotel Noormans di Semarang.

Keistimewaan Usaha Buryam Abah Odil  (AO)

Tak terasa waktu berjalan, Buryam Abah Odil sudah 15 tahun melayani pelanggan dari segala lapisan masyarakat. Dari mahasiswa, pelajar, orang kantoran atau masayarakat Kota Malang. Dalam perkembangannya Buryam AO selain menu utama Buryam Spesial dan Istimewa juga menambah menunya demi memenuhi pelayanan terbaik untuk pelanggan. Mengingat ada orang yang masuk outlet Buryam menginginkan menu lainnya. Hingga akhirnya ditambahkan menu seperti Pecel dari Madiun (asal istri AO), Lontong Sayur, Nasi Uduk, Nasi Kuning, Rawon, cemilan dll..
Nasi uduk  (dok.pri)
Lontong sayur  (dok.AO)
Sate Ati a place (dok. AO) 

Dikesempatan sore itu kami mencicip cemilan sebagai menu pembuka yakni Cireng atau aci digoreng. Rasanya gurih dan nikmat apalagi dimakan saat panas dan dicocol dengan sambal. Wuahhh makanan Sunda ini sangat menggoda selera. Oya Buryam Abah Odil juga punya program berbagi lho seperti menggratiskan makan bagi ibu hamil yang berpuasa Senin dan Kamis.
Gratis untuk ibu hamil  (dok.pri)

Selain itu ada visi misi Buryam Abah Odil yakni ingin mengenalkan pada masyarakat khususnya warga Malang akan budaya makan bubur. Bubur bukan hanya untuk orang sakit tapi juga untuk orang sehat demi kelancarkan pencernaan. Disamping itu ingin agar bubur diidentikan seperti pecel untuk sarapan pagi sebelum beraktivitas. Wow mantap ya visi dan misinya.

Buryam Abah Odil juga membuka kesempatan kemitraan berbisnis lho. Bagi yang berminat akan mendapat berbagai fasilitas untuk kelengkapan, sarana dan prasarananya. Menarik bukan? keterangan selengkapnya bisa hub: 0895362623737.

Sebelum pertemuan berakhir, kami berkesempatan incip-incip menu makanan yang tersedia.Semoga barokah dan semakin sukses Bubur Ayam Abah Odil.


Bubur Ayam Abah Odil
IG : buryam.abahodil
FB : Bubur Ayam Abah Odil
Hp : 089536263737


#ODOP
#estrilookcommunity
#day12




Puas , Jelajah Coban Keren di Malang

Januari 22, 2019 22 Comments


Apa yang tersirat dalam benak emak, kalau mendengar Kota Malang? Sebuah kota wisata yang adem?  Atau jadi ingat apel dan pantai? Semua itu betul Maakk,  tapi selain yang emak ingat itu,  masih ada lho tempat yang super duper menarik. Apa tuh?  Ya coban atau air terjun yang ada di Malang. Keren juga lho cobannya. Gak percaya?  Yukk ada 5 coban keren yang saya tulis dibawah ini yaa...

Tapi sebelumnya maakk, saya mau tanya nih...Menurut emak kalau menyoal tentang coban atau air terjun, kayanya butuh waktu lama. Setuju gak? Kalau menurut saya sih nggak. Malah di Malang ada lho dengan waktu 5 jam bisa menikmati indahnya lima coban di Jabung Malang. Coban apa saja ya, penasaran gak makk ?
Berbaur dengan hijaunya alam  (dok.pri)

Lima coban yang dimaksud terletak di desa Ngadirejo, sekitar 25 KM arah timur Kota Malang. Untuk menuju kesana kita bisa menempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Titik utamanya sebagai pintu adalah area Coban Jahe.  HTM 10 ribu dengan membayar parkir 5 ribu.

Btw...kelima coban itu bisa membawa kita pada petualangan  menakjubkan lho. Selain coban tersebut luar biasa juga mempunyai nama unik dan cerita dibaliknya. Apa dan bagaimana, simak ya...

1. Coban Susuh

Lokasinya masuk dari loket Coban Jahe kemudian menuju  Coban Susuh. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit saja kok.  Untuk menuju kesana, kita harus melewati kebun penduduk sekitar.  Awalnya masih jalan datar saja,  tapi semakin lama agak nanjak tiba di wilayah hutan.

Coban Susuh lokasinya berada disekitar hutan yang masuk wilayah  Ngadirejo. Dari cerita yang berkembang, di lokasi hutan inilah tempat persembunyian penduduk dan pejuang yang dulu melawan penjajah. Dalam Bahasa Jawa, Susuh itu berarti tempat tinggal sementara.  Karema coban berada disekitar hutan  yang tempat persembunyian itu,  sehingga orang menyebutnya sebagai Coban Susuh.
Coban Susuh (dok.pri)
Akar pohon berlumut untuk narsis (dok.pri)

Coban Susuh debit airnya lumayan besar dan berair bening. Disisi kanna kirinya terdapat tebing yang cukup tinggi.  Bahkan disekitarnya terdapat akar pohon yang panjang dan berlumut.  Akar tersebut menjadi spot untuk bernarsis oleh para pengunjung.

2. Coban Kodok

Lucu ya namanya, Coban Kodok dari Coban Susuh akan melewati hutan juga dan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.  Selain itu juga menyusuri jalan disepanjang sungai yang tak dalam dan berair bening.

Coban Kodok secara fisik lebih tinggi dari Coban Susuh. Airnya deras sehingga membuat percikan seperti air hujan. Saking derasnya, pandangan dibawah coban seperti berkabut.
Menyusuri Sungai (dok.pri)

Coban Kodok (dok.pri)

Kenapa disebut Cobam Kodok?  Konon menurut seorang warga yang juga menjadi guide yakni Maul,  coban tersebut ada sejarahnya.  Dulu saat jaman perang banyak kodok yang hidup di sekitar coban. Kodok-kodok tersebut menjadi santapan para pejuang dan tentara yang bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Mungkin terpaksa  memakan kodok ya karena tidak ada yang dimakan. Bermula  dari itulah coban tersebut dinamakan Coban Kodok.

3. Coban Sari

Coban Sari adalah titik pertemuan antara Coban Susuh dan Coban Kodok.  Airnya jernih dan memiliki area yang datar dibanding dua coban sebelumnya.  Tingginya kurang lebih 8 meter. Ditempuh dari Coban Kodok kurang lebih 60 menit
Coban Sari (dok.pri)
Usai sholat dhuhur buka bekal maksi bareng  (dok.pri)

Karena sekitar area coban terlihat nyaman buat istirahat, maka penduduk setempat menyebutnya Coban Sari.  Di tempat inilah pengunjung juga bisa menikmati air terjun dan bisa melaksanakan sholat dan makan siang.

4. Coban Tangkil

Untuk menuju Coban Tangkil akan melewati dataran tinggi dan jalan menurun. Menyusuri jalan setapak ditengah perkebunan kopi hutan yang ditanam oleh penduduk. Lumayan jauh dari Coban Sari menempuh waktu sekitar 90 menit. Lumayan berkeringat pemirsah...
Jalan nanjak bekas longsoran (dok.pri)

Oya pada masyarakat Jawa,  Tangkil dikenal sebagai alat pertanian berupa cangkul tapi berukuran kecil.  Nah menurut penduduk setempat,  kenapa coban itu dinamakan Coban Tangkil? Konon kabarnya,  dulu disekitar coban tersebut pernah ditemukan sebuah peti lumayan besar. Tentu saja penemuan itu menghebohkan penduduk setempat.
Coban Tangkil (dok.pri)

Oleh penduduk peti itu keemudian dibuka. Dan ternyata berisi cangkul kecil dalam jumlah banyak. Entah milik siapa hingga kini pun tidak ada yang mengetahuinya.  Berdasarkan cerita tersebut akhirnya coban tempat ditemukan tangkil dinamakan Coban Tangkil.

Coban Tangkil tingginya sekitar 20 meter. Namun saat kemarau debit airnya kecil.  Disekitar coban banyak bebatuan berukuran besar.  Sehingga para pengunjung memanfaatkannya untuk pepotoan berlatar coban.

5. Coban Ani-ani

Dari coban sebelumnya,  Coban Ani-ani paling anti mainstream.  Selain harus melewati hutan, menyebrang sungai yang licin juga melewati celah batu untuk mencapai coban.

Jadi pengunjung harus memilih tiga jalur yakni jalan naik memutar, nyemplung sungai dengan bantuan licin atau via celah batu.  Semua tergantung dari kesiapan dan keberanian masing-masing. Kalau saya memilih nyemplung sungai dengan kedalaman sepinggang atau semeter lebih. Batu di dalam sungai super licin jadi harus berpegangan tali yang diulurkan oleh teman yang lebih dulu sampai. Dan kembalinya melewati celah batu besar yang hanya cukup untuk seukuran body seseorang, Beruntung ukuran tubuh saya bisa dikempesin dikit jadi bisa lolos lewat lubang batu. (dikempesin, hehe...balon kalee...)
Celah batu menuju Coban Ani-ani (dok.pri)

Coban Ani-ani  (dok.pri)

Kalau Coban Ani-ani ini juga kisahnya mirip Coban Tangkil.  Bedanya di coban ini dulu ditemukan alat pertanian berupa ani-ani atau alat pemotong padi. Konon dari cerita yang berkembang coban ini tempat orang bertapa.  Terlihat di belakan curaan air terjun terdapat semacam goa. Disitulah tempat orang bersemedi.

Coban Ani-ani meski untuk menuju coban ini lumayan ekstrim tapi terdapat tanah datar persis di depan coban.  Ditempat itulah pengunjung bisa beristirahat melepas lelah.


Nah itulah makk... kelima nama coban berikut cerita yang berkembang terkait keberadaannya.  Yang pasti kalau emakk ingin berpetualang mencari coban yang tersembunyi di balik bukit, dibutuhlan tenaga ekstra. Persiapan lainnya tentu bekal yang cukup.  Sebab meski mengantongi duit banyak makk, kalau di dalam hutan uang tidak laku karena gak ada mall atau ind*mart. Jadi,  kapan emak akan berpetualang mengunjungi coban-coban tersebut?

#ODOP
#estrilookcommunity
#day11

Lapis Kukus Tugu Malang, Oleh-oleh yang Kekinian

Januari 20, 2019 30 Comments
Pernah gak makkk, saat ada acara keluarga, arisan atau pengajian bingung memilih suguhan?  Yuup memilih macam kue atau kudapan yang cocok buat acara emakk...  Kalau pernah bingung, sammaa donggg...hehehe..
Salah satu outlet di jalan Tlogomas  (dok.pri)

Padahal di luar banyak pilihan ya? Biar gak bingung sini saya bisikin makkk... Ada nihh Lapis Kukus Tugu Malang  yang enak dan endess. Saya sudah coba, rasanya pas dilidah, manisnya, gurihnya dan tentu saja berasa banget sesuai taste variannya. Memang ada berapa varian? Banyakkk...

Apa itu Lapis Kukus Tugu Malang?

Sudah sekitar setahun ini Lapis Kukus Tugu Malang menjadi salah satu pilihan oleh-oleh kekinian di Kota Malang. Tentu saja bersaing sehat dengan produk serupa yang banyak bertebaran di Malang. Dengan mengeluarkan 6 varian rasa yang banyak digemari oleh pelanggannya, Lapis Kukus Tugu Malang pun tebar pesona...
Enam varian Lapis Kukus Tugu Malang (dok.LKTM)

Enam varian Lapis Kukus Tugu Malang itu adalah varian Original,  Cocopandan, Telo Keju,  Brownis Keju,  Brownis Coklat dan Talas Keju. Memiliki tekstur roti yang lembut sekali sehingga bisa dinikmati oleh semua orang. Selain lembut, Lapis Kukus Tugu Malang juga tak pelit toping. Kejunya semburat memenuhi atas lapis keju. Kalau lihat penampakannya, wuidihh jadinya pengen nyicip lagi dan lagi...

Lapis Kukus Tugu Malang Memiliki Banyak Outlet

Malang sebuah kota jujugan wisata di Indonesia tentu saja banyak pengunjung yang membutuhkan oleh-oleh. Lapis Kukus Tugu Malang salah satunya, tidak hanya membidik pengunjung wisata saja, tetapi juga menjadikan warga Malang sebagai komsumennya. Harganya pun ramah di kantong dan terjangkau lho antara 25K-28 K. Harga yang bersahabat kan?
Penampakan Lapis Kukus Tugu Malangan (dok.LKTM)

Nah melihat pangsa pasar begitu luas, Lapis Kukus Tugu Malang pun tak melewatkan kesempatan dan peluang tersebut. Salah satu strategi marketingnya dengan membuka outlet di tempat-tempat strategis. Juga membuka tangan selebar-lebarnya bagi warga Malang dan sektarnya untuk menjadi reseller. Minat gak makk jadi reseller? Hehe

Dalam perjalanan usia yang baru seumur jagung,  Lapis Kukus Tugu Malang sudah memiliki outlet yang tersebar di Malang Kota, Batu dan Kabupaten Malang.  Dimana saja tuh lokasinya? Nih semua alamat outlets ada di bawah ini .

Alamat outlet Lapis Kukus Tugu Malangan (dok.pri)

Menurut pemilik beberapa outlet Lapis Kukus Tugu Malang --- Vita Ekawati mengatakan, kalau outletnya ada di Malang dan Batu. Ini dimaksudkan agar produknya lebih cepat dikenal oleh masyarakat. Tentu saja hal tersebut berkaitan dengan penjualan yang notabene erat dengan omzetnya. Dari hari ke hari kenaikan omset Lapis Kukus Tugu Malang signifikan. Kini omsetnya mencapai minimal 75 juta per bulan setiap outletnya. Wahh selamat ya semoga terus berkembang dan meningkat...
Owner Vita Ekawati (tengah) bersama pelanggannya (dok.LKTM)

Beberapa langkah untuk mengenalkan produknya,  Vita menjelaskan, pihaknya seringkali mengadakan promo belanja. Seperti belum lama ini di outlet baru yang ada Batu. Tepatnya di Jalan Diponegoro no 79C, outletnya memberikan kesempatan pada pelanggan dengan membeli 1 produk gratis 1. Wuihhh mau gak makkk..kalau ada promo begini?  Biasanya emak pada demen kan?
Outlet Batu jl Diponegoro 79C (dok.pri)

Nah makkk...sudah saya beber tentang Lapis Kukus Tugu Malang, jangan bingung lagi yaa kalau ada acara dan butuh sajian buat tamunya. Langsung aja ke salah satu outlet terdekat Lapis Kukus Tugu Malang. Jangan kuatir rasa dan kualitas terjamin enak dan halal.
Makasih Lapis Kukus Tugu Malang (dok.pri)
Rame-rame menikmati Lapis Kukus Tugu Malangan (dok.pri)

Eits satu lagi,  seminggu lalu Lapis Kukus Tugu Malang juga ikutan jadi sponsor acara ulang tahun Batu Local Guides (BLG)   yang kedua. BLG itu komunitas sosial yang banyak membantu orang-orang dengan cara mereview toko,  hotel, kantor dll. Agar tempat-tempat tersebut lebih dikenal khalayak.

Kemarin (13/1) Lapis Kukus Tugu Malang juga menjadi sajian pas acara Sinergi Peduli Ekologi di Sumber Binangun Batu. Selain itu juga ada acara dialog ekologi di Omah Budaya Slamet. Menurut Founder BLG Bambang Afriyanto, pihaknya concern membantu mengenalkan semua tempat yang memang butuh untuk dikenalkan.
Makasih Lapis Kukus Tugu Malangan (dok.pri)

Semua peserta yang hadir di dua acara tersebut pun ikut mencicip Lapis Kukus Tugu Malang yang rasanya oke. Dengan sajian Lapis Lulus tersebut bentuk suports owner Vita Ekawati pada kegiatan sosial BLG yang menyentuh masyarakat langsung. Jempol deh buat Lapis Kukus Tugu Malang dan BLG. Semoga sukses semuanya yaa...



Lapis Kukus Tugu Malang
Jl Raya Tlogomas no 37D
Malang
WA : 081333 506917

#ODOP
#estrilook challenge
#day10







Family Time di Kedai Radin yang Nyaman

Januari 19, 2019 61 Comments
Familiy Time?  Yupp... Itu saat yang paling berharga dalam sebuah keluarga. Kumpul bareng menghabiskan waktu libur untuk santai bersama orang-orang tercinta. Emak juga sering kan meluangkan waktu ramai-ramai?

Seperti kemarin nih, mumpung si ayah free, anak-anak ngajakin keluar. Nah tujuan utamanya sebenarnya ke rumah saudara. Pas diperjalanan menuju Kepanjen, anak-anak pengen makan. Jadilah kami singgah disebuah tempat makan, namanya Kedai Radin.
Kedai Radin (dok.pro)

Kedai ini lokasinya strategis di Jalan Ahmad Yani no 29. Gak jauh dari rumah saudara yang ingin kami kunjungi. Sekitar Pasar Kepanjen di pinggir jalan utama ibukota Kabupaten Malang. Menempuh waktu kurleb 30 menit arah selatan Kota Malang
Mural bertema keluarga di dinding Kedai Radin  (dok.pri)

Pertama masuk di Kedai Radin, kesan awal sih merasa nyaman. Bukan Kedai kalau menurut saya, lebih mirip disebut kafe. Lebih tepatnya kafe yang familiar buat anak-anak dan keluarga. Konsepnya kekinian dan welcoming banget lho. Terlihat dari mural yang tergambar di dinding kanan dan kirinya. Ada gambar anak-anak begitu riang berlarian bersama ayah bundanya. Wahh anak-anak jadi betah dan relax.

Kafe Radin yang Terlahir Kembali...

Kafe Radin ternyata punya cerita. Alhamdulillah sore itu owner Kedai Radin berada di tempat. Jadi bisa ngobrol sambil menunggu menu tersaji. Menurut Dhani -- pemilik kedai mengatakan, mulai beroperasi dengan bendera Kedai Radin sejak tahun 2009. Namun saat itu hanya menyediakan menu tunggal yakni Bakso Jamur Radin. Lokasinya juga bukan di tempat sekarang, tapi di Jalan Anjasmoro no 37 Kepanjen. Atau tepatnya berlokasi di Hotel Santana milik orang tuanya.
Mau beli Bakso Jamur ?(dok.pri)

Dalam perkembangannya,  kemudian Dhani melakukan ekspansi ke Kota Malang. Pada tahun 2011 membuka cabang di Jalan Sigura-gura di sekitar area kampus ITN,  Brawijaya dan kampus lainnya. Namun ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan, sehingga cuma bertahan setahun saja. Tahun 2012 usahanya tutup. Dua tahun kemudian mencoba keberuntungan dengan membuka usaha kuliner kembali di daerah Cempoko Mulyo. Tapi lagi-lagi tutup tak bertahan lama.

Ayah dari 3 orang anak perempuan ini kemudian berusaha untuk belajar tentang menu apa yang cocok untuk usahanya di Kepanjen ini. Berbekal coba-coba untuk mendapatkan formulasi yang tepat, selama hampir 2 tahun baru didapatkan resep ayam yang jos dan dinamakan Ayam Serba Salah. Kenapa disebut demikian?
Keluarga kecil Dhani (dok. Dhani) 

Ternyata karena keinginan mencipta menu yang pas dan identik dengan Kedai Radin itu berdasarkan coba-coba. Berulangkali ada rasa yang kurang pas dengan takaran bumbu serta rempah. Menurut owner Kedai Radin ini, selalu ada yang salah, hingga disebut Ayam Serba Salah. Begitu mendapat taste yang diharapakan,  Dhani girang banget.

Dari hasil pengamatan dan pengalaman Dhani, untuk membuka kuliner di Kepanjen harus menyediakan banyak menu. Sehingga pelanggan bisa memilih sesuai seleranya.  Kalau selama ini buka dengan satu menu seperti bakso jamur saja,  niatnya bulat membuka bisnis kuliner dengan beragam menu dan untuk semua kalangan.
Owner Kedai Radin, Dhani yang tak patah semangat (dok.pri)

Dengan mengangkat konsep rumah makan yang kekeluargaan serta bermotto paling murah, paling enak dan paling nyaman. Akhirnya pada 1 Agustus 2018 Kedai Radin buka kembali dengan wajah baru di Jalan Ahmad Yani.

Awal buka Kedai Radin mengeluarkan program yang cukup unik dengan menggratiskan menu paket Ayam Goreng sebanyak 700 paket. Meliputi 200 dibagi ke kaum tak berpunya dan 500 paket dibagikan selama 5 hari masing-masing 100 paket/hari.

Kini berkat kegigihan Dhani dan suport dari istri dan keluarganya Kedai Radin perlahan mulai berkembang dengan omset harian mencapai 5 hingga 7,5 juta. Kini Dhani pun tetap berusaha bagaimana Bisnis kulinernya lebih maju lagi.

Dibantu oleh 20 orang karyawan dengan sistem kerja 5 shift on 24 jam, Kedai Radin berharap bisa mengedepankan pelayanan yang cepat untuk kepuasan pelanggan. Demi pelayanan prima pihaknya juga delivery order free ongkir untuk wilayah Kepanjen dengan order minimal 3 item.  Juga ikut bekerjasama dengan Go Food dan Grab Food. Berharap Kedai Radin akan lancar dan eksis ke depannya.  Aamiin..



Menu Andalan Kedai Radin

Apa aja nih menu Kedai Radin setelah buka kembali? Dari menu pembuka,  menu utama Dan dessert (makanan penutup) ada semua. Dari Bakso Jamur. Ayam Serba  Salah,  Ayam Geprek, Nasi Goreng Jawa, Nasi Goreng Hongkong, Nasi Goreng Radin  hingga Rawon.
Menu Kedai Rain (dok.Kedai Radin)

Untuk menu andalan Kedai Radin tertulis di depan Ayam Serba Salah, Bakso Jamur dan Rawon serta Nasgor Radin . Jadilah kami memesan menu makanan tersebut, kecuali Ayam Serba Salah (yang ini dibungkus). Anak-anak memilih ice cream Dark Frappucino sebagai dessert. Ice cream ini dibandrol harga 15 ribu, murah yes!  Itu sesuai mottonya : kedai untuk keluarga paling murah, enak dan nyaman. Top dehhh...
Dark Frappucino yang yummy... (dok.pri)
Ayam Serba Salah yang empuk dan terasa bumbu rempahnya (dok. KR) 

Menurut si ayah, taste rawonnya "dapat" dengan kuah yang gak terlalu pekat dan kental. Nasgor Radin pilihan kakak Anin Amyra cucok seleranya. Nasgor Jawa pilihan si bungsu Wawa, pedas sesuai kesukaannya. Hmm pilihan emaknya mie kuah yang segerrr..

Nasi Rawon dan Mie Lush (dok.pri)
Nasi Goreng Jawa  dan Nasi Goreng Rain (dok.pri)

Menu lainnya banyak sih seperti sajian Sop Buntut, ayam geprek mozarella, omelete dan lain-lain. Untuk menu minuman ada kopi,  aneka jus buah,  es jeruk juga ada ice cream aneka varian serta salad buah. Harganya terjangkau paling tinggi harga 30 ribu.  "Wuikkkk cek hamure rekkkkk..." bathinku saat melihat list harga menu.
Family Time di Kedai Radin (dok.pri)

Jadilah family time, kami habiskan di Kedai Radin yang menawarkan suasana akrab dan instagrammable. Penasaran? Sila meluncur langsung ke tekape, buka 24 jam lhoo...

Kedai Radin
Jl. Ahmad Yani no 29 Kepanjen,  Malang
Telp.  (0341) 393530
WA 0818 0503 0226

#kedairadin
#ODOP
#estrilookchallenge
#day9